CARA PENANGANAN INFEKSI STREPTOCOCCUS MUTANS (UPDATE)

 

CARA PENANGANAN INFEKSI STREPTOCOCCUS MUTANS

Syifa Nabila

Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medis

Poltekkes Kemenkes Banten



ABSTRAK

Streptococcus mutans termasuk golongan Streptococcus viridans. Beberapa bakteri lain yang masuk dalam golongan Streptococcus viridans yaitu Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus mutans, Streptococcus salivarius, Streptococcus milleri kariogenik. Streptococcus mutans yang merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengedukasi masyarakat tentang kasus, epidemiologi, gejala klinis yang timbul, diagnosis laboratorium, dan pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans.

 

PENDAHULUAN

Streptococcus mutans merupakan salah satu spesies bakteri di dalam rongga mulut yang mempunyai kemampuan dalam proses pembentukan plak dan karies gigi (Sitorus, 2010). Karies gigi dapat menyebabkan nyeri, infeksi, kehilangan gigi dan kematian pada kasus yang parah, kecuali mendapatkan pengobatan yang baik, hal tersebut dapat dihindari (Mahmudah dan Atun, 2017). Di dalam rongga mulut, Streptococcus mutans merupakan flora normal, tetapi jika lingkungannya menguntungkan dan terjadi peningkatan populasi bakteri, maka bakteri ini akan berubah menjadi bakteri patogen (Dhika, 2007). Streptococcus mutans bersifat kariogenik (mampu menyebabkan karies gigi) dan bakteri ini merupakan penyebab utama karies gigi. Salah satu ciri dari bakteri ini yaitu mempunyai kemampuan menempel pada permukaan habitatnya dalam rongga mulut (Tanzer, 1992). Streptococcus mutans dapat hidup dan beradaptasi dalam suasana yang asam. Bakteri ini merupakan bakteri patogen yang berkolonisasi pada awal mula tumbuhnya karies gigi. Demineralisasi permukaan email gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans terjadi karena bakteri ini dapat menghasilkan asam dan konsentrasi asam yang tinggi (Brooks dkk., 2001). Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat atau bulat telur, anaerob fakultatif, bersifat non motil (tidak bergerak), mempunyai diameter 1-2 μm, membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya dan tidak membentuk spora (Andries dkk., 2014). Streptococcus mutans tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18°C – 40°C (Nugraha, 2008).

Streptococcus mutans mempunyai sifat-sifat tertentu yang berperan penting karies gigi, yaitu : (1) Streptococcus mutans memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan pH. (2) Streptococcus mutans membentuk dan menyimpan polisakarida intraselular dari berbagai jenis karbohidrat, yang selanjutnya dapat dipecahkan kembali oleh bakteri tersebut sehingga dengan demikian akan menghasilkan asam terus-menerus. (3) Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraselular (dekstran) yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. (4) Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaaan gigi (bidarisugma, 2012).

 

EPIDEMIOLOGI

Penyakit gigi dan mulut masih menjadi permasalahan kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Menurut laporan Riskesdas tahun 2014, persentase penduduk Indonesia yang mempunyai masalah gigi dan mulut tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9% (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014). Menurut WHO (2003), karies gigi masih merupakan masalah kesehatan mulut utama di sebagian besar negara industri, yang mempengaruhi 60-90% anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa.

 

GEJALA KLINIS

            Tanda klinis pertama dari demineralisasi adalah sedikit perubahan warna pada permukaan enamel – lesi inisial karies; jika pH oral kembali pada tingkat lebih netral dengan menghilangkan plak bakteri dan/atau karbohidrat, maka kalsium, fosfat, dan ion hidroksil yang ada di saliva dan plak berpartisipasi dalam pembentukan struktur enamel kristalin. Dengan demikian karies gigi diketahui sebagai penyakit kronis dan berlangsung terus-menerus, dengan pendulum berayun antara demineralisasi dari struktur gigi selama pH rendah dan remineralisasi selama pH netral/lebih tinggi. Ketika gigi terdemineralisasi untuk jangka waktu yang lebih lama pada pH rendah, total mineral yang hilang pada akhirnya terlalu banyak untuk menanggulangi remineralisasi dan substruktur enamel hancur, membentuk sebuah kavitas (Quock, 2015).

 

DIAGNOSIS LABORATORIUM

Pada jurnal yang telah dibaca, terdapat hasil penelitian menunjukkan prevalensi karies gigi di kalangan siswa TK di Surabaya pada anak usia 4 sampai 6 tahun adalah 74%, dari 499 siswa TK di Surabaya yang dilakukan pemeriksaan gigi. Sejumlah 25 sampel Streptococcus mutans telah diisolasi, dari 14 sampel kelompok karies dan 11 sampel dari kelompok bebas karies. Analisis dalam penelitian ini meliputi karakterisasi Streptococus mutans sebagai dasar isolasi isolat, eksistensi gen dexA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), aktivitas enzim dextranase dengan medium skrining Blue Dextran serta unit aktivitas enzim, dan yang terakhir adalah penentuan genotipe Streptococcus mutans pada kelompok karies dan bebas karies dengan menggunakan Arbitrarily Primed Polymerase Chain Reaction (AP PCR) untuk mengetahui adanya transmisi S.mutans. Ukuran molekul pada gen dexA menunjukkan pita pada 1272 bp, serta adanya perbedaan yang signifikan pada aktivitas enzim dextranase antara kelompok karies serta bebas karies. Identifikasi genotipe dengan AP PCR menunjukkan adanya 3 strain genotipe dengan pola yang sama dari 14 sampel Streptococcus mutans kelompok karies dan 2 strain genotipe dengan pola yang sama dari 11 sampel Streptococcus mutans pada kelompok bebas karies. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karies gigi masih menjadi masalah utama pada anak-anak dan memerlukan perhatian dalam perubahan cara pencegahan serta perawatan karies yang lebih menjanjikan. S.mutans merupakan mikroorganisme yang dapat menular secara horizontal (antar teman) dan aktivitas enzim dextranase pada kelompok bebas karies lebih tinggi dibandingkan pada kelompok karies. Hal ini menunjukkan bahwa enzim dextranase dapat dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam pencegahan karies gigi di masa yang akan datang.

 

PENGOBATAN

Pengobatan terhadap Streptococcus mutans dapat dilakukan dengan pemberian penisilin G, vankomisin, atau generasi pertama sefalosporin (Leboffe and Pierce, 2011), namun beberapa studi telah melaporkan adanya resistensi Streptococcus mutans terhadap antibiotik. Penelitian Hasrul (2016) menunjukkan bahwa Streptococcus mutans mengalami resistensi terhadap antibiotik amoksisilin dan cefritriason. Liao et al., (2017) juga melaporkan resistensi Streptococcus mutans terhadap fluorida yang selama lima dekade terakhir menjadi agen antikaries gigi. Pada jurnal yang telah dibaca hasil penelitian di dapat persentase resistensi bakteri Streptococcus mutans untuk klorampenikol sebesar 100 %, Cefotaxime 50 %, Tetrasiklin 50 % dan Levofloksasin 50 % sehingga jika dibandingkan dengan penelitian marhamah di UPTD balai laboratorium kesehatan lampung tahun 2012 – 2014 menyatakan bahwa persentase bakteri streptococcus sp resisten terhadap antibiotik diantaranya : chloramphenicol pada tahun 2012 (33,3 %),2013 (56,3%), 2014 (64,3%). Tetraciklyne tahun 2012( 42%), 2013 ( 75%), 2014 (64,3%). Dari hasil penelitian marhamah terbut terlihat bahwa setiap tahun nya resistensi cendrung mengalami peningkatan terhadap antibiotik klorampenikol.

 

REFERENSI

“UJI RESISTENSI BAKTERI Streptococcus Mutans PADA KARIES GIGI MENGGUNAKAN BEBERAPA ANTIBIOTIK DENGAN METODE DIFUSI · Repository Poltekkes Kemenkes Palembang.” Poltekkespalembang.ac.id, 2018, repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/82. Accessed 30 Aug. 2023.

RETNO INDRAWATI, 090114565 D., et al. “AKTIVITAS ENZIM DEXTRANASE DAN SEBARAN GENOTIPE Streptococcus Mutans PENDER1TA KARIES DAN BEBAS KARIES.” Repository.unair.ac.id, 2006, repository.unair.ac.id/31914/. Accessed 30 Aug. 2023.

http://repository.ub.ac.id/id/eprint/11521/7/BAB%20II.pdf

 

 

 

 

LihatTutupKomentar