SERANGGA PENGGANGGU DAN VEKTOR PENYAKIT PADA MANUSIA

 

SERANGGA PENGGANGGU DAN VEKTOR PENYAKIT PADA MANUSIA

Oleh

Muhammad Arief Fadillah, S.ST., M.Kes


A.    Pendahuluan

Serangga sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Peranan kesehatan lingkungan mempunyai tujuan untuk mewujudkan kualitas setiap manusia mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Penyelenggara upaya kesehatan lingkungan berperan aktif dalam mengontrol lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi dan fasilitas - fasilitas umum. Lingkungan yang sehat dapat dipastikan bebas dari unsur – unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, salah satunya gangguan serangga pembawa penyakit atau vektor penyakit. (Kemenkes RI, 2017)


Contoh Serangga Pengganggu


Vektor merupakan serangga pembawa bibit penyakit dari binatang atau manusia kepada binatang atau manusia lainnya. Terdapat berbagai binatang yang berperan sebagai vektor penyaakit terhadap manusia, salah satunya adalah serangga. (Menteri Kesehatan, 2010) Serangga termasuk kedalam Filum Arthropoda dan mempunyai berbagai Klasifikasi antara lain Insecta (nyamuk, lalat), Archnida (caplak, tungaau), Chilopoda (lipan, kelabang), Diplopoda (kaki seribu), Crustaceae (ketam). Vektor dan serangga pembawa penyakit di Indonesia telah teridentifikasi terutama terkait penyakit menular tropis (tropical diseases) baik endemis maupun potensi menjadi wabah, antara lain Demam Berdarah, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya, Encephalitis (radang otak), Rabies (anjing gila), Leptospirosis, Pes dan Schistosomiasis (demam keong). (Sucipto, 2011)

B.  Morfologi Umum Serangga (Arthropoda)

Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Arthropoda, karena jumlah spesies serangga merupakan yang paling banyak dari Kingdom Animalia (dunia hewan) adalah Filum Arthropoda dengan menitik beratkan pada serangga. Arthropoda dikenal sebagai penular penyakit (vektor) dan sebagai penyebab gangguan / kelainan, serta sebagai penyebab penyakit dan entomofobia. (Soedarto, 2012)

Filum Arthropoda (Arthos=Sendi dan Poda=Tungkai) meliputi semua hewan yang bertungkai ruas dan mempunyai 4 tanda morfologi yang khas, yaitu badan beruas-ruas, umbai-umbai (perut) beruas-ruas, mempunyai eksoskeleton dan membentuk badan simetris bilateral. Arthropoda sama seperti hewan vetebrata lainnya, juga mempunyai sistem pencernaan, pernapasan (trakea), saraf (otak dan ganglion), peredaran darah terbuka dan sistem reproduksi. (Rusyana, 2013)


                            Morfologi Luar dan Dalam Arthropoda


Menurut Djakaria S. pada tahun 2013. Karakteristik morfologi Arthropoda mempunyai tubuh yang beruas-ruas yang terdiri dari kepala dengan sepasang antenna yang berfungsi sebagai indera peraba, mendibula berperan untuk menggigit, mempunyai sepasang mata, dada (thorax), serta memiliki kaki dan sayap pada abdomen yang beruas-ruas menjadi kaki pengayuh dan tubuh membentuk simetris bilateral. Bagian luar tubuh serangga dilapisi oleh kitin yang mengeras dan membentuk eksoskeleton dengan fungsi sebagai penguat tubuh, pelindung alat dalam, tempat melekatnya otot, pengatur metabolisme air dan sebagai penerus rangsangan yang berasal dari luar badan. (Djakaria, 2013)

C.  Daur Hidup Serangga (Arthropoda)

Pertumbuhan atau siklus hidup Arthropoda akan selalu menjadi besar dalam ukuran melalui proses eksoskeleton terdesak sampai pecah dengan proses pergantian kulit (kutikula), sehingga pertumbuhan dipengaruhi oleh hormon juvenile dan pada tahan pengelupasan kulit (moulting) dipengaruhi oleh hormon ecdysone. Selama pertumbuhan serangga mengalami perubahan bentuk yang disebut metamorfosis. 

Metamorfosis pada serangga mempunyai dua cara, yaitu matamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis sempurna mempunyai perubahan stadium (bentuk) dari telur – larva – pupa – dewasa (bentuk stadium muda sampai dewasa berbeda) dan disertai perbedaan bilogis tempat hidup dan makanan sebagai contoh nyamuk dan lalat. (Sarjito, 2010)


Metamorfosis Sempurna pada Nyamuk


Sedangkan pada metamorfosis tidak sempurna mempunyai stadium telur – larva – nimfa – dewasa dengan bentuk stadium dan faktor biologis muda sampai dewasa hampir sama, sebagai contoh kecoa.



Metamorfosis Tidak Sempurna pada Kecoa



D.  Peranan Serangga

 

Menurut Institute of Medicine (US) Forum on Microbial Threats (2010) Entomologi kedokteran atau kesehatan merupakan bidang keilmuan yang mempelajari tentang vektor penyakit dan kelainan penyakit yang disebabkan oleh Arthropoda. Menurut peranannya berdasarkan kepentingan medis Arthropoda dibagi menjadi 5 (lima) peranan :

 

1.     Sebagai Penular Penyakit (Vektor dan Hospes Perantara)

Arthropoda atau serangga dapat menularkan penyakit melalui berbagai cara penularan. Vektor penyakit adalah serangga atau organisme hidup lain pembawa agen infeksius dari suatu individu terinfeksi ke individu lain yang rentan.

Contoh serangga sebagai vektor penyakit salah satunya adalah nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakit Malaria.


Anopheles Sebagai Vektor Penyakit


Contoh serangga sebagai hospes perantara penyakit misalnya Ketam (Potamon dehani) sebagai hospes perantara parasit cacing daun Paragonimus westermani.



Ketam Sebagai Hospes Perantara


2.     Menyebabkan Penyakit (Berparasit)

Serangga dapat bertindak sebagai parasit dan dapat dibagi berdasarkan habitat pada manusia. Contoh serangga menyebabkan penyakit pada bagian dalam tubuh manusia (Endoparasit) misalnya larva Lalat (Musca domestica) dapat menyebabkan penyakit Miasis.


           

Larva Lalat Penyebab Miasis


Contoh serangga menyebabkan penyakit pada bagian luar tubuh manusia (Ektoparasit) sebagaimana Kutu kepala (Pediculus humanus capitis) dapat menyebabkan pedikulosis dan Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan skabies (kudis).



Sarcoptes scabiei Penyebab Kudis


3.     Mengeluarkan Toksin dan Menyebabkan Toksisitas

Beberapa serangga menyebabkan kelainan akibat toksisitas karena kontak langsung dengan kulit. Sebagai contoh kumbang lepuh dan ulat bulu. 



Kumbang Lepuh Penyebab Toksisitas




Serangga yang menyebabkan kelainan akibat toksisitas karena gigitannya. Sebagai contoh kelabang, sengkenit, laba – laba.


Sengkenit Penyebab Toksisitas

Serangga yang menyebabkan kelainan akibat toksisitas karena sengatannya. Sebagai contoh kalajengking dan lebah.


Kalajengking Penyebab Toksisitas

4.     Menyebabkan Alergi

Serangga yang menyebabkan kelainan akibat alergi terhadap manusia karena inhalasi allergen yang dikeluarkan serangga. Sebagai contoh Dermatophagoides sp. (Tungau Debu Rumah) penyebab Asma rhinitis.


Tungau Debu Rumah Penyebab Alergi


5.     Menyebabkan Rasa Jijik atau Takut (Entomofobia)

Serangga dapat pula menyebabkan rasa ngeri, rasa takut, rasa jijik karena bentuk dan ukuran serangga yang dilihatnya, contohnya laba – laba besar (Tarantula)  dan gangguan pikiran akibat khayalan penyakit yang mungkin timbul, seperti kaki gajah (Filariasis) bila gangguan ini berlangsung sangat lama dan terus-menerus disebut penyakit entomofobia. 



Penyebab Entomofobia

E.  Cara Penularan Penyakit oleh Serangga

 

Penularan penyakit oleh serangga terdapat 2 macam cara yaitu dilakukan dengan cara mekanik dan cara biologik :

 

1.      Secara Mekanik

Penyakit atau parasit yang terbawa pada bagian luar tubuh kaki atau badan pada serangga, sebagai contoh Lalat rumah dan Kecoa membawa bakteri, kista Protozoa usus, telur cacing Nematode usus, ookista Toxoplasma.

 

2.      Secara Biologik

Penularan penyakit dilakukan oleh serangga setelah menghisap agen / mikroba dari tubuh hospes dan selanjutnya di dalam tubuh serangga agen tersebut memperbanyak diri atau bertambah besar. Penularan biologik dibagi menjadi 2 cara penularan, yaitu Siklikopropagative adalah agen penyakit memperbanyak diri dalam tubuh serangga (Contoh : Plasmodium sp.) dan Siklikodevelopment adalah agen penyakit hanya berubah menjadi bentuk larva infektif dalam tubuh serangga (Contoh : Brugia sp.). (Gandahusada, 2006)

 

F.   Klasifikasi Serangga (Arthropoda)

 

Menurut Herms pada tahun 2006 klasifikasi Arthropoda berdasarkan peranan gangguan serangga terhadap manusia, Arthropoda dibagi menjadi 5 klasifikasi antara lain, Kelas Insecta, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, Crustacea.

 

1.    Kelas Insecta

Insecta merupakan kelas Arthropoda yang paling besar jumlah jenisnya. Tubuh terdiri dari 3 bagian terpisah, yaitu kepala, dada (toraks) dan abdomen (perut), insecta mempunyai 3 pasang kaki, 1 – 2pasang sayap, juga mempunyai sepasang antena (sungut) dan mempunyai tipe mulut yang berbeda-beda.

Pengendalian vektor kelas insecta bertujuan untuk mengurangi atau menekan angka populasi serangga dan bertujuan mencegah kontak dengan manusia. Cara pengendaliannya dapat dilakukan dengan alami dengan adanya gunung yang tinggi, sungai yang lebar, ketinggian tempat, cuaca dan adanya predator. Sedangkan cara buatan bisa dilakukan dengan cara manipulasi dan modifikasi lingkungan, zooprofilaksis, kimiawi, mekanik, genetika dan biologis.

Kelas Insecta mempunya beberapa Ordo yang sangat penting dalam bidang kesehatan dan berperan sebagai pengganggu dan vektor penyakit antara lain :

a.      Ordo Orthoptera (Kecoa, Belalang, Jangkrik)

b.     Ordo Mallophaga (Kutu / Tuma penggigit)

c.      Ordo Hemiptera (Kutu busuk)

d.     Ordo Coleoptera (Kumbang)

e.      Ordo Lepidoptera (Kupu – kupu)

f.      Ordo Siphonaptera (Pinjal)

g.     Ordo Hymenoptera (Lebah, Tawon, Semut)

h.     Ordo Diptera (Lalat, Nyamuk, Agas)

Contoh Kelas Insecta Musca domestica


2.     Kelas Arachnida

Arachnida merupakan salah satu kelas dari Arthropoda yang paling berbahaya bagi manusia dengan ciri utamanya mempunyai alat pelepas racun. Morfologi tubuh Arachnida terdiri dari 2 bagian, yaitu sefalotoraks yang disebut prosoma dan abdomen disebut opistoma, pada bentuk dewasa kaki 4 pasang dan pada larva kakinya 3 pasang, tidak mempunyai antenna dan ada 3 ordo penting untuk manusia.

a.      Ordo Scorpionida (Kalajengking)

b.     Ordo Araneida (Laba-laba)

c.      Ordo Acarina (Caplak dan Tungau)

Peran serangga kelas Arachnida ini racunnya sangat berbahaya dengan menyebabkan peradangan, perdarahan, nekrosis, paralisis, pernafasan dan kematian. Upaya pemberantasan serangga mematikan tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan Chlordane 2% atau Dieldrin 5% di tempat persembunyiannya. Penyebaran serangga ini bersifat kosmopolit, terutama daerah tropis dan subtropis.


Contoh Kelas Arachnida Bhutus sp.

3.     Kelas Chilopoda

Chilopoda atau biasa disebut Centipedes merupakan kelas dari Arthropoda yang mempunyai morfologi bentuk tubuh memanjang, beruas-ruas, pipih dorsoventral, panjang kurang lebih 25 cm, pada kepala terdapat antena yang disebut mandibula dan maksila, sedangkan pada ruas pertama badan kakinya bermodifikasi menjadi penjepit yang sangat beracun (Kelabang).

Penyebarannya Chilopoda tersebar di daerah yang beriklim tropis, subtropis dan iklim sedang. Siklus hidup Chilopoda adalah metamorfosis tidak sempurna dengan jenis kelamin terpisah dan ovipar. Habitat di bawah batuan, daun-daun, sampah, potongan kayu dan tempat gelap lain dengan mencari makan pada malam hari.

Peranan serangga kelas Chilopoda terhadap manusia ini pada umumnya tidak membahayakan akan tetapi ada beberapa spesies yang menyebabkan gangguan berupa gigitan yang menyebabkan rasa pedih, kerusakan jaringan kulit dan tusukannya menyebabkan perih, eritema, gatal bahkan sampai kematian (Contoh : Scolopendra sp)

Pemberantasannya bisa dilakukan dengan penyemprotan DDT (Diklorodifeniltrikloroetana) atau Chlordan pada tempat persembunyiannya.

                                                                        Contoh Kelas Chilopoda Scolopendra sp.


4.     Kelas Diplopoda

Diplopoda adalah salah satu bagian dari filum Arthropoda yang mempunyai bentuk morfologi pada badannya berbentuk silindris panjang, beruas-ruas, setiap ruas ada dua pasang kaki dan pada kepala terdapat antena (kaki seribu, lengkibang).

Penyebaran serangga kelas Diplopoda ini terdapat pada daerah tropis, subtropis dan iklim sedang. Siklus hidup dan habitat kelompok serangga ini metamorfosis tidak sempurna, jenis kelamin terpisah, ovipar, dengan habitat di bawah batuan, daun-daun, sampah, potongan kayu, tempat gelap dan mencari makan pada malam hari.

Peranan serangga kelas Diplopoda ini dapat berperan sebagai hospes perantara Cacing pita Hymenolepis diminuta (Fontaria sp.) dapat mengakibatkan kecacingan pada usus manusia. Pemberantasan serangga ini sama dengan kelas Chilopoda dengan penyemprotan DDT (Diklorodifeniltrikloroetana) atau Chlordan pada tempat persembunyiannya.



5.     Kelas Crustacea

            Kelompok serangga kelas Crustacea pada umumnya hidup di air dan bernafas dengan insang dengan morfologi pada umumnya mempunyai 5 pasang kaki, bentuk badan bervariasi, kepala dan toraks bersatu membentuk sefalotoraks dan abdomen membentuk seperti ekor (ketam).

            Peranan Crustacea yang dapat merugikan kesehatan manusia dapat ditularkan melalui hospes perantara dari Cyclops sp. Yang berperan sebagai hospes perantara cacing Dyphyllobothrium latum dan Potamon dehani sebagai hospes perantara cacing Paragonimus westermani.

            Pencegahan serangga kelas Crustacea sebagai hospes perantara penyakit kecacingan akibat parasit adalah dengan cara menghindari makan Crustacea mentah dengan olahan yang kurang baik.

Contoh Kelas Crustacea Cyclops sp.



DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2017.Permenkes No.50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesling dan Persyaratan Kesehatan untuk Vaektor dan Binatang Pembawa Penyakit serta Pengendaliannya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor.

Dani, Sucipto. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Soedarto. 2012. Penyakit Zoonosis Manusia Ditularkan Oleh Hewan. Jakarta: Sagung Seto.

Rusyana. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.

Djakaria S, Sungkar S. 2013. Pendahuluan Entomologi. Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Eko, Sarjito. (2010). Hand Out Mata Kuliah Entomologi. Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan. Yogyakarta.

Institute of Medicine (US) Forum on Microbial Threats. Washington (DC): National Academies Press (US): 2010.

Herms, W. 2006. Medical Entomology. The Macmillan Company, United States of America.

Gandahusada, 2006, Parasitologi Kedokteran, FK-UI, Jakarta.


Biodata Penulis:



Muhammad Arief Fadillah, S.ST., M.Kes,  lahir di Tangerang, pada 29 Juli 1991. Ia tercatat sebagai lulusan Magister pertama dari satu-satunya Universitas yang membidangi Ilmu Laboratorium Klinis yaitu Universitas Muhammadiyah Semarang. Pria yang kerap disapa Arief ini mempunyai istri dan tiga putri cantik. Saat ini ia aktif sebagai dosen Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Banten. Arief bukanlah orang baru di dunia laboratorium kesehatan. Ia sudah mencoba semua perannya yaitu sebagai praktisi medis dan sampai saat ini sebagai ahli dalam bidang laboratorium infeksi yang dapat terlihat dari berbagai penelitian dan karya tulisannya.

LihatTutupKomentar