PERAN ATLM DALAM DIAGNOSIS LABORATORIUM DALAM SKRINING TB-RO DENGAN TCM DAN GENE-EXPERT


 

Tuberkulosis menjadi salah satu masalah kesehatan umum yang dialami masyarakat, diperkirakan sekitar 22 negara yang penduduknya mengidap penyakit TBC dengan jumlah kematian mencapai 61.000 hingga 3 juta setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan beberapa tes untuk mendiagnosis penyakit TBC secara praktis dan cepat, salah satunya adalah metode Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXPert. Penggunaan GeneXpert di Indonesia sudah ada sejak tahun 2014 termasuk di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM) yang sudah mulai menggunakan metode TCM GeneXpert untuk mendeteksi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberkulosis pada tubuh seseorang.

Tuberkulosis Resisten Obat aadalah suatu keadaan dimana kuman MTB sudah tidak dapat dibunuh dengan obat anti TB (OAT) lini pertama. Prinsip Pengobatan TB-RO Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB RR/TB RO mengacu kepada strategi DOTS. DOT (Directly Observed Therapy) mrpk program eradikasi menurut WHO untuk mengontrol TB, BTA sputum pada TB aktif, pengamatan Tx scr langsung, suplai obat yg kontinyu dan pencatatan hasil Tx Jika dilaksanakan keberhasilan mencapai 95% dan mencegah multi-drug resistant strains of tuberculosis (MDR-TB)

Metode untuk mendeteksi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberkulosis di dalam tubuh seseorang secara cepat dan praktis adalah melalui Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXpert. TCM merupakan metode penemuan terbaru untuk diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan molekuler yang menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) semi kuantitatif yang menargetkan wilayah hotspot gen rpoB pada Mycobacterium tuberkulosis yang terintegrasi dan secara otomatis mengolah sediaan dengan ekstraksi Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dalam cartridge sekali pakai. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kurang dari 2 jam dan berdasarkan studi in vitro batas deteksi alat sedikitnya 131 kuman/ml sampel.



Hasil pemeriksaan 119 pasien suspek TB dengan menggunakan TCM GeneXpert diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 84% pasien terdeteksi MTB (  Mycobacterium tuberkulosis) negatif, 2% MTB terdeteksi Rifampisin Sensitif, 14% MTB terdeteksi Rifampisin Resisten (TB MDR) dan 0,0% MTB terdeteksi Rifampisin Intermediet. MTB negatif atau MTB yang tidak terdeteksi diartikan bahwa tidak (ditemukannya DNA target MTB dari hasil uji yang dilakukan pada proses PCR. Maka penanggulangan yang tepat selanjutnya adalah mengubah jenis obat berdasarkan hasil uji resistensi yang telah dilakukan, aturan pengubahan obat yakni menggunakan minimal dua hingga tiga Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang berasal dari obat golongan lini satu dengan sensitivitas yang masih akurat, kemudian ditambahkan jenis obat berbeda dari ini dua yakni golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin), dll.





Hasil yang menunjukkan MTB terdeteksi Rifampisin resisten (TB MDR), diartikan bahwa OAT lini kedua harus diberikan segera supaya pengobatan lebih efektif. Hasil MTB yang ditunjukkan pada pasien yang terdeteksi Rifampisin sensitif, mengindikasikan bahwa pasien terbilang sensitif terhadap OAT sehingga masih memungkinkan untuk diberi pengobatan menggunakan OAT lini pertama seperti Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide dan Etambutol. Hasil MTB terdeteksi Resisten intermediet diartikan bahwa tes tersebut secara akurat tidak dapat menjadi penentu sifat resisten ataupun sensitivitas bakteri terhadap Rifampisin. Untuk melihat sifat resisten suatu bakteri atau sampel dapat dilakukan dengan pemeriksaan OAT lini pertama pada kultur yang menjadi sampel. Salah satu lokus pada bakteri MTB yang sangat mudah bermutasi adalah gen rpoB. Fenomena mutasi gen pada bagian rpoB tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan OAT lini pertama.

Sebagai alat diagnostik TB Paru yang relatif baru, pemanfaatan metode TCM GeneXpert mengalami berbagai tantangan. Tantangan utama yang dialami yakni dalam hal uji sensitivitas dan spesifisitas yang masih diragukan oleh dokter dan klinik yang sebelumnya telah terbiasa menggunakan metode secara mikroskopis dalam diagnostik TB paru. Dampak dari tantangan tersebut berimbas terhadap minimnya penggunaan TCM GeneXpert pada masa awal penggunaannya dalam penegakan diagnostik TB paru, walaupun telah banyak penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa ada fase darurat untuk penderita TB yang resisten terhadap obat dan apabila tidak ditindaklanjuti secara cepat maka dapat memberi pengaruh selama proses pemulihan sehingga dapat menimbulkan kerugian karena memungkinkan bakteri MDR akan disebarkan semakin luas kepada orang-orang di sekitar.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel dahak pasien suspek TB yang telah dilakukan dengan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) GeneXpert menunjukkan bahwa dari total 119 sampel pasien yang diperiksa sebanyak 84% pasien terdeteksi MTB  (Mycobacterium tuberkulosis) negatif, 2% MTB terdeteksi Rifampisin Sensitif, 14% MTB terdeteksi Rifampisin Resisten (TB MDR) dan 0,0% MTB terdeteksi Rifampisin Intermediet. Hasil pemeriksaan yang lebih cepat dan akurat dengan menggunakan metode TCM GeneXpert dapat menjadi pertimbangan untuk penggunaan metode ini dalam penegakan diagnostik infeksi TB pada pasien


Daftar Pustaka :

S. M. D. Rahman., S. A. Sijid., K. S. Hidayat, “Pemanfaatan tes cepat molekuler (TCM) GeneXpert sebagai alat diagnostik TB paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPM)", Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, vol. 3, no. 1, pp. 55-59, 2023


LihatTutupKomentar